Lima ketua alumni kampus top Indonesia yang terpilih pada 2024–2025 punya peran penting membawa kontribusi almamater bagi bangsa. Seperti apa visi dan misi mereka demi kemajuan almamater dan isu-isu strategis nasional.
RANGKAIAN acara Pemilu IA-ITB 2025 telah resmi berakhir. Pada acara puncak di Kongres Nasional XI pada Minggu, 20 Juli 2025 lalu, Agustin Peranginangin (SI’94) resmi terpilih menjadi Ketum IA-ITB 2025-2029 baru menggantikan Gembong Primadjaja.
Agustin atau yang akrab dipanggil Bang Angin, memperoleh total 3.886 suara, unggul dari dua kandidat lainnya, yakni Puja Pramudya (IF’06) (2.205 suara) dan Agung Aswamedha (FI’02) (2.070 suara).
Setelah resmi dilantik sebagai Ketum IA-ITB yang baru, dalam pidato kemenangannya, Angin memiliki visi untuk membawa mengajak seluruh alumni lintas angkatan dan latar belakang untuk bersatu membangun kekuatan kolektif IA-ITB.
Angin berpendapat, IA-ITB harus mampu menjadi organisasi kealumnian yang memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan nasional.
“IA-ITB harus menjadi simpul strategis yang menghubungkan alumni, kampus, industri, dan masyarakat. Kita memiliki potensi luar biasa yang dapat memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan nasional,” kata Angin setelah resmi terpilih menjadi Ketum IA-ITB yang baru pada 20 Juli 2025 di Aula Timur ITB.
Sementara itu, di tengah dinamika pembangunan nasional dan kompleksitas tantangan global, peran organisasi kealumnian memegang kunci penting dalam membawa semangat almamater untuk menjawab isu-isu strategis bangsa.
Oleh karena itu, para ketua umum dari berbagai organisasi ikatan kealumnian dari seluruh universitas terkemuka di Indonesia memiliki tanggung jawab besar untuk memimpin sebuah ikatan kealumnian yang tak hanya menjadi wadah silaturahmi, tetapi juga kekuatan kolektif yang mampu memengaruhi arah kebijakan, pembangunan, dan inovasi sosial.
Pada tahun 2024 dan 2025 sendiri ini menjadi momen penting dengan banyak terpilihnya para ketua umum alumni dari berbagai universitas terkemuka di Indonesia. Pemilihan profil ketum ikatan kealumnian dari perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS) ternama ini bukan tanpa alasan.
Baik PTN maupun PTS ini telah terbukti menjadi ‘kawah candradimuka’ yang konsisten melahirkan tokoh-tokoh nasional berpengaruh di berbagai bidang, mulai dari pemerintahan, dunia usaha, akademisi, hingga gerakan sosial.
Selain itu, para ketua alumni yang terpilih dari institusi-institusi ini membawa legitimasi kuat untuk mewakili suara kolektif alumni, serta menempati posisi strategis untuk menggalang sinergi lintas sektor demi menjawab tantangan bangsa secara nyata.
Siapa saja mereka dan seperti apa visi serta kontribusinya bagi kemajuan almamater masing-masing? Berikut adalah profil enam ketua organisasi kealumnian di beberapa universitas terkemuka di Indonesia tersebut:
1. Ferry Joko Juliantono – Ketua Umum IKA UNPAD

Ferry Joko Juliantono, atau yang akrab disapa Kang Ferry, resmi dikukuhkan sebagai Ketua Umum Ikatan Keluarga Alumni Universitas Padjadjaran (IKA Unpad) untuk masa jabatan 2024–2028 pada Musyawarah Besar XI IKA Unpad yang digelar di Bandung pada 7 Desember 2024. Sebelumnya, Ferry menjabat sebagai Wakil Menteri Koperasi dan pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra. Ia aktif menyuarakan isu-isu ekonomi kerakyatan.
Ferry dipilih secara aklamasi setelah kandidat lainnya mundur, menunjukkan tingkat kesepakatan tinggi di kalangan alumni terhadap kepemimpinannya. Ferry membawa visi menjadikan IKA UNPAD sebagai wadah kontribusi nyata untuk pembangunan ekonomi nasional serta penguatan peran kampus dalam kebijakan publik melalui jejaring alumni di berbagai sektor.
Ia memperkenalkan empat program prioritas: digitalisasi pendataan alumni, dukungan pendidikan lanjutan, pendirian Unpad Career Centre, dan inisiasi Koperasi IKA Unpad sebagai wujud penerapan ekonomi Pancasila. Program-program ini diharapkan dapat memperkuat jaringan alumni dan memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan nasional
2. Basuki Hadimuljono – Ketua Umum KAGAMA (UGM)

Dr. Ir. Basuki Hadimuljono, M.Sc., adalah alumni Teknik Geologi UGM. Ia terpilih dan dilantik sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA) periode 2024–2029. Pelantikan berlangsung pada 14 Desember 2024 di Balai Senat UGM setelah hasil Musyawarah Nasional XIV yang diselenggarakan di Jakarta.
Setelah lulus dari Teknik Geologi UGM, Basuki menyelesaikan studi S2 dan S3 di Colorado State University, Amerika Serikat. Dalam visinya, ia ingin menjadikan KAGAMA sebagai simpul penggerak solusi kebangsaan dan pembangunan berkelanjutan. Ia percaya alumni UGM memiliki moralitas dan kapasitas untuk menjawab tantangan zaman.
Basuki, yang juga menjabat Kepala Otorita IKN dan Menteri PUPR RI, menegaskan bahwa kekuatan lebih dari 400.000 alumni UGM merupakan potensi besar untuk membangun jejaring yang kuat dan bermanfaat luas bagi bangsa. Langkah awal yang ditempuh kepengurusan barunya adalah konsolidasi organisasi dan mempererat ikatan alumni dengan almamater, menekankan kembali semangat “guyub, rukun, migunani” sebagai landasan bersama.
Dalam pidatonya, Basuki mendorong penjagaan solidaritas internal dan konsistensi kinerja organisasi. Ia berharap kepengurusan baru mampu merancang struktur yang kokoh, merangkul seluruh anggota, serta memperbaiki hubungan alumni dengan UGM. Basuki menegaskan bahwa KAGAMA harus lebih dari sekadar organisasi formal, melainkan sebuah keluarga besar yang mampu memberikan kontribusi nyata untuk masyarakat. Ia juga menyoroti pentingnya jejaring alumni untuk mendukung kolaborasi lintas sektor dan pembangunan nasional.
3. Wiluyo Kusdwiharto – Ketua Umum IKA ITS

Ir. Wiluyo Kusdwiharto, ST, MBA, IPU ASEAN Eng., adalah alumnus Teknik Mesin ITS dan kini menjabat sebagai Direktur Manajemen Proyek & Energi Baru Terbarukan di PT PLN (Persero), resmi dilantik sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Alumni ITS (IKA ITS) periode 2024–2028.
Pelantikan berlangsung pada 2 November 2024 di Menara BNI Pejompongan, Jakarta. Dalam sambutannya, Wiluyo menegaskan komitmen IKA ITS untuk bersinergi secara kuat dengan pemerintah, mendukung program pembangunan nasional, khususnya dalam isu swasembada pangan dan energi, sejalan dengan visi Presiden saat itu.
Sebagai ketua, ia mendorong peningkatan kontribusi alumni hingga tingkat nasional. Struktur kerja IKA ITS ditata melalui rapat kerja pasca pelantikan di mana seluruh bidang maupun pengurus daerah berperan aktif dalam merancang program kolaboratif.
Fokus utamanya meliputi pemanfaatan data alumni (MIDA), penguatan internal organisasi, hingga penyelarasan program dengan pemerintah melalui keterlibatan dalam pembahasan kebijakan kementerian, komitmen yang mencerminkan ambisi IKA ITS untuk menjawab tantangan bangsa secara nyata.
4. Maman Abdurrahman – Ketua Umum IKA Trisakti

Maman Abdurrahman adalah alumni Teknik Perminyakan Universitas Trisakti yang saat ini menjabat sebagai Menteri Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM RI), terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum Ikatan Alumni Universitas Trisakti (IKA Trisakti) periode 2025–2029.
Proses pemilihan berlangsung dalam Rapat Umum Anggota (RUA) IKA Trisakti pada 26 April 2025 di Hotel Sheraton Grand Jakarta, dihadiri oleh perwakilan dari sembilan fakultas dan berbagai sekolah tinggi serta pascasarjana Trisakti.
Dalam pidato visinya, Maman mengusung slogan “Back to Barrack” sebagai panggilan kembali bagi para alumni untuk memperkuat ikatan dengan almamater, menumbuhkan kembali semangat idealisme, serta mendukung Trisakti dan bangsa secara nyata.
Ia juga menegaskan komitmennya untuk menumbuhkan rasio kewirausahaan nasional, sejalan dengan target pemerintah, dengan menggalang jejaring dan kolaborasi alumni di sektor ekonomi dan pemerintahan.
5. Agustin Peranginangin – Ketua Umum IA-ITB 2025-2029

Agustin Peranginangin, alumnus Teknik Sipil ITB angkatan 1994, lahir di Tigabinanga, sebuah desa di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Setelah menamatkan studi, kariernya berkembang pesat hingga menjadi Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Pariwisata Borobudur (BPOB), memimpin pengembangan pariwisata berkelanjutan, desa wisata masyarakat, beserta teknologi canggih seperti LOTUS Museum dan Intelligent Planning System (IPS).
Rekam jejaknya di IA‑ITB termasuk menjabat Ketua Kongres Nasional X (2021), Ketua Panitia Kongres XI (Des 2024), hingga akhirnya mencalonkan diri sebagai Ketum IA‑ITB 2025–2029.
Dalam arah kebijakan organisasi, Agustin menjabarkan rencana gagasan “Ganesha Circle, Booster, dan Care” untuk menghidupkan kembali basis data alumni lengkap, memperkuat mentorship dan kolaborasi bisnis, serta membangun kampanye kepedulian nyata.
Ia juga memperkenalkan pendekatan diplomasi “gelar tikar”, forum informal antarberbagai stakeholder alumni, untuk memecahkan isu strategis seperti digitalisasi, AI, pertambangan, dan pendidikan tinggi. Rencananya, IA‑ITB di bawah kepemimpinannya akan menjadi katalisator pemerataan pembangunan dan sinergi lintas kampus serta sektor publik.
Dengan terpilihnya Angin, diharapkan IA-ITB ke depan mampu memainkan peran strategis dalam bidang teknologi, pendidikan, energi, hingga infrastruktur nasional. Kepemimpinan barunya juga diharapkan dapat menyatukan kembali semangat kealumnian ITB dalam semangat gotong royong dan kontribusi nyata untuk Indonesia.
Di tengah kompleksitas tantangan nasional dan global saat ini, kolaborasi lintas kampus dan jejaring alumni lintas sektor menjadi kunci untuk menghadirkan solusi konkret bagi kemajuan Indonesia. Para pemimpin alumni ini bukan hanya representasi almamater mereka, tetapi juga simbol semangat kontribusi kolektif generasi terdidik untuk masa depan bangsa.
Dengan latar belakang yang beragam, para ketum organisasi kealumnian itu membawa perspektif yang kaya dan solusi yang adaptif. Kiprah dan visi mereka mencerminkan harapan bahwa kekuatan alumni tidak hanya sebatas nostalgia, tetapi dapat menjadi motor perubahan sosial, ekonomi, dan politik yang berdampak nyata bagi isu-isu strategis nasional yang berdampak.
Namun di tengah kompleksitas tantangan bangsa hari ini, sejauh mana kepemimpinan mereka mampu mewujudkan kolaborasi alumni menjadi kekuatan strategis yang benar-benar berdampak bagi masyarakat luas?