AI dan Masa Depan Dunia Kerja

Amandra Megarani

BAGI Anjas Jati Kesuma (TM ’07), banyaknya angkatan kerja di Indonesia tak mempermudah proses rekrutmen karyawan. “Mencari karyawan yang andal itu ibarat mencari jarum dalam tumpukan jerami,” kata Anjas, Direktur Keuangan dan Sumber Daya Manusia di PT Prima Armada Raya (PT PAR). Anjas saat ini memimpin cucu perusahaan dari Pertamina yang bisnisnya terkait dengan penyediaan jasa sewa kendaraan dan jasa pengemudi. Total karyawan di perusahaannya mencapai ribuan, dengan 300 karyawan menjalankan fungsi manajemen.

Anjas bangga dengan kinerja tim rekrutmen. Rata-rata rekrutmen PT PAR sekitar 1,5 bulan dan bidang SDM hanya menerima sedikit komplain dari manajemen terkait kualitas rekrutmen baru. Dalam merekrut, perusahaan pernah menggunakan berbagai medium dan aplikasi untuk mengumumkan dan menerima lamaran dari calon karyawan.

Namun, belakangan hanya menggunakan satu aplikasi lowongan kerja untuk menyederhanakan perekrutan,mengurangi bias, dan mempercepat waktu perekrutan. “Penggunaan satu aplikasi lebih efisien untuk menentukan shortlist candidates,” kata Anjas.

Di masa mendatang bukan aplikasi yang akan menjadi andalan dalam mempercepat kerja, tetapi kecerdasan buatan. LinkedIn, misalnya, telah mengembangkan fitur kecerdasan buatan, salah satunya untuk memperbaiki resume pengguna premium. “Seiring dengan perubahan transformatif yang dibawa AI ke tempat kerja, perusahaan membutuhkan panduan baru untuk merekrut talenta,” kata Rohit Kalsy, Indonesia Country Lead, LinkedIn dalam siaran pers pada Juni lalu.

Awal Oktober lalu, raksasa teknologi Tiktok mengumumkan akan memutus hubungan kerja dengan sekitar 700 karyawan global. Keputusan ini diambil usai raksasa media sosial itu mengalihkan fokusnya ke arah peningkatan kecerdasan buatan dalam moderasi konten. “Keputusan ini bagian dari upaya berkelanjutan untuk memperkuat operasi global dalam moderasi konten,” kata juru bicara Tiktok seperti dikutip dari Reuters.

Keputusan ini menambah panjang daftar PHK karyawan industri teknologi. Dua bulan sebelumnya, Forbes menulis 124 ribu karyawan industri ini mengalami layoff. Selain karena perlambatan ekonomi, faktor AI juga mempengaruhi.

“Kita berada di era di mana AI tengah mengubah ke-mampuan kita untuk berkreasi dan berinovasi dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Dharma Simorangkir, Presiden Direktur Microsoft Indonesia saat meluncurkan laporan berjudul AI at Work is Here. Now Comes the Hard Part pada tengah 2024. Laporan itu berasal dari survei terhadap 31.000 orang di 31 negara, termasuk Indonesia, tren ketenagakerjaan dan perekrutan di LinkedIn, triliunan sinyal produktivitas Microsoft 365, dan penelitian dengan pelanggan Fortune 500.

Yang menarik, penelitian itu menunjukkan sebanyak 92% pekerja pengetahuan di Indonesia sudah menggunakan AI generatif di tempat kerja. Angka ini lebih tinggi dari rata-rata global (75%) dan Asia Pasifik (83%).

Penelitian itu juga menyebut 92% pemimpin di Indonesia meyakini adopsi AI dapat menjaga keunggulan kompetitif perusahaan. Angka ini lebih tinggi dari rata-rata global (79%) dan Asia Pasifik (84%). Meski demikian, 48% responden khawatir bahwa pimpinan organisasi mereka tidak memiliki visi dan rencana untuk menerapkan AI di dalam perusahaan, lebih rendah dari rata-rata global (60%) dan Asia Pasifik (61%).

Laporan itu juga menyebutkan sebanyak 69% pemimpin di Indonesia mengatakan mereka tidak akan mempekerjakan seseorang tanpa keterampilan AI. Sementara 76% pemimpin mengatakan lebih suka mempekerjakan kandidat yang kurang berpengalaman tetapi memiliki keterampilan AI, daripada kandidat yang lebih berpengalaman tanpa keterampilan itu.Para profesional perlu memandang AI sebagai sarana meningkatkan produktivitas dan teknologi yang segera hadir. Karyawan tidak akan digantikan oleh kecerdasan buatan, tetapi bisa digantikan oleh karyawan baru yang memahami dan menggunakan kecerdasan buatan. ▉

Topik:
Share:
Facebook
X
LinkedIn
Threads
WhatsApp
Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *