Riri Muktamar telah maju sebagai bakal calon Ketua Umum IA-ITB 2025–2029 dalam pengalaman memimpin jaringan bisnis lintas sektor dan kontribusi nyata di industri kreatif.
PEMILU IA-ITB 2025-2029 memiliki salah satu bakal calon ketua umum dari kalangan profesional di bidang teknologi, musik, dan kewirausahaan.
Rekam jejak bakal calon tersebut diharapkan dapat memiliki peran penting pada pengembangan organisasi dan kolaborasi lintas sektor termasuk dalam berbagai organisasi IA-ITB di masa depan.
Hal ini bertujuan demi mendorong kontribusi IA-ITB sebagai organisasi yang lebih besar untuk bangsa. Salah satu bakal calon ketum tersebut adalah Riri Muktamar (KI’99).
Riri merupakan alumni Program Studi sarjana Kimia ITB angkatan 1999. Menariknya, meski identik dengan latar belakang pendidikan sains yang kuat, ia kini memilih berkecimpung di industri kreatif. Kini, Ia dikenal sebagai sosok profesional multidisipliner yang berkiprah di bidang teknologi, musik, dan kewirausahaan.
Riri adalah pendiri dari perusahaan manajemen investasi RM.Synergy dan manajemen label musik, TulusCompany. Riri bercerita, berkat keinginannya yang kuat untuk menjadi seorang wirausahawan, ia rela meninggalkan pekerjaannya di perusahaan bidang ekspor-impor minyak internasional setelah lulus dari ITB tahun 2004 lalu.
“Setelah lulus dulu, saya pernah bekerja di perusahaan Jepang yang bergerak di bidang ekspor-impor minyak, yang sebenarnya masih cukup nyambung dengan latar belakang pendidikan saya di kimia,” kata Riri.
“Tapi setelah beberapa bulan, saya sadar bahwa saya harus segera memulai proses untuk mewujudkan cita-cita saya menjadi seorang entrepreneur,” lanjut Riri Muktamar mengutip dari ceritanya di salah satu podcast Making Life Choices, yang terbit pada 9 Maret lalu.
Namun, seperti sudah mantap dengan pilihan hidupnya menjadi entrepreneur sejati, Riri kemudian keluar dari perusahaan tempat ia bekerja. Masa kerjanya pun relatif singkat, hanya kurang dari 6 bulan. Keputusannya untuk mundur ini pun dinilainya cukup mengejutkan para atasannya, baik dari Jepang maupun Indonesia.
Menurut Riri, pilihan karier sebagai entrepreneur disaat itu belum terlalu populer. Mengingat para alumni ITB rekannya saat itu biasanya bekerja di perusahaan oil & gas multinasional. Namun, keputusan itu yang diambilnya itu dilakukan demi membangun sesuatu yang berdampak panjang lewat kewirausahaan.
“Mayoritas lulusan ITB saat itu memilih jalur karier yang lebih konvensional seperti bekerja di perusahaan besar, BUMN, atau instansi pemerintah yang menawarkan stabilitas. Namun saya memilih jalur entrepreneur karena merasa berbisnis memberi kebebasan berinovasi dan membangun sesuatu yang bisa bertahan lama. Jadi kewirausahaan bukan hanya soal uang tapi juga soal dampak jangka panjang,” kenang Riri.
Ia kemudian merintis bisnis pertamanya, yaitu bengkel mobil saat usianya 25 tahun. Menurutnya, hal ini ia mulai karena sejak kuliah di ITB, ia sudah belajar dan pernah berjualan mobil.
“Karena sejak kuliah saya sudah belajar dan pernah berjualan mobil. Dulu sempat ada kesempatan, waktu itu iklannya masih di koran Pikiran Rakyat. Saya iklankan mobil dan kebetulan ada yang telepon, saya keluar kelas untuk ngecek, dan akhirnya mobil itu laku terjual,” kata Riri.
Perjalanan kewirausahaan Riri kemudian berlanjut. Ia mendirikan perusahaan RM.Synergy dan TulusCompany. Menurutnya, hal itu dimulai dengan menguasai aspek teknis dan manajemen bisnis secara detail selama lima tahun pertama. Menurutnya, salah satu kunci keberhasilan dirinya membangun bisnis adalah dengan mengutamakan networking.
“Waktu itu saya belum terlalu mengutamakan networking. Tapi masukan dari istri saya mendorong untuk lebih membuka diri dan aktif membangun jejaring. Saya percaya networking adalah fondasi penting untuk bisnis yang bisa bertahan hingga ratusan tahun ke depan,” kata ayah dari 3 orang anak tersebut.
Berkat pengalamannya selama 14 tahun berbisnis, ia kemudian merumuskan konsep “Keacakan Gerak”. Secara singkat, strategi itu adalah gambaran sederhana dari perjalanan bisnis Riri, dimana kolaborasi, networking, dan kesabaran jadi kunci untuk bertahan dan berkembang di tengah ketidakpastian dunia usaha. Konsep inilah yang kemudian membuatnya membangun suatu organisasi yang berkelanjutan.
“Strategi unik saya adalah menciptakan “keacakan gerak” dengan mempertemukan berbagai orang secara acak yang ternyata membuka peluang kolaborasi baru dan mempercepat kapasitas semua pihak,” kata Riri dalam podcast.
Dalam perjalanan bisnisnya, Riri Muktamar menekankan bahwa bisnis itu penuh dengan ketidakpastian, layaknya keacakan gerak. Awalnya, ia punya target materi yang terukur, seperti di bisnis properti yang terlihat pasti keuntungannya.
Namun, ia sadar bahwa bisnis tidak selalu sesuai rencana; perlu kesabaran dan kesiapan menghadapi kondisi yang tak terduga. Untuk itu, Riri menekankan pentingnya membangun fundamental yang kuat dan networking yang luas, baik di dalam maupun luar negeri.
Hal ini menjadi “alat” untuk menghadapi keacakan, semakin kokoh pondasi dan jaringan, semakin siap menghadapi perubahan. Selain itu, Riri sangat percaya pada kolaborasi dan pembelajaran bersama generasi muda.
Ia juga melibatkan anak-anaknya dan partner bisnis lintas usia agar belajar hal-hal adaptif, membuktikan bahwa kolaborasi bukan sekadar bisnis, tetapi juga strategi bersama menghadapi keacakan. Menurutnya, bisnis itu seperti naik sepeda, harus terus dikayuh, meski rutenya berbatu, agar terus maju dan tidak jatuh.
Sejak tahun 2005, berkat konsistensi dan pengalamannya, Riri kemudian berhasil mendirikan RM.Synergy, sebuah ekosistem kewirausahaan yang berawal dari sektor otomotif dan kini telah berkembang menjadi jaringan bisnis multidisipliner di Bandung, Jawa Barat.
Menurut situs resminya, RM Synergy menaungi empat pilar utama: Kreatif, Otomotif, Properti, dan Kuliner (F&B). Dengan visi “menemukan sistematika pola lewat keacakan gerak,” Riri bertekad menciptakan sebanyak mungkin wirausahawan melalui pola-pola kerja sama berbasis sinergi.
Dalam pilar kreatif, RM Synergy menaungi unit-unit usaha di bidang musik, multimedia, dan manajemen talenta, termasuk TulusCompany, Tap Projects, Tiga Dua Satu, dan Everidea Education. Pilar otomotifnya kini merambah transformasi kendaraan listrik melalui unit seperti Ottoland EV dan Kubust.
Sementara itu, pilar properti berfokus pada pengembangan hunian modern berbasis Internet of Things, dan pilar F&B telah melahirkan merek kuliner populer seperti Rajo Minang dan Healmeal.
Lebih dari 43 perusahaan afiliasi dan 50 pendiri perusahaan terlibat dalam ekosistem RM Synergy, yang juga aktif mendukung komunitas kreatif lewat sponsorship, investasi, dan pendidikan.
Jaringan bisnis ini bahkan telah menjalin relasi dengan komunitas kreatif di Asia Tenggara, Eropa, dan Amerika Serikat, semakin menegaskan komitmen Riri dalam membangun ekosistem kewirausahaan yang inklusif dan berkelanjutan.
Tak hanya di bidang bisnis, Riri Muktamar juga menjabat sebagai CEO TulusCompany, perusahaan manajemen label yang menjadi rumah bagi karier musisi ternama Indonesia, Tulus, yang juga merupakan adiknya sendiri.
Berdiri sejak 2010, TulusCompany lahir dari semangat kemandirian setelah Tulus mengalami penolakan dari beberapa label besar. Perusahaan ini membuktikan bahwa kemandirian dalam industri musik dapat menghasilkan karya-karya berkualitas dan berdampak luas.
Sebagai produser eksekutif di TulusCompany, Riri memimpin dua divisi utama: Tulus Management (Tulus Man.) yang menangani manajemen artis, dan Tulus Production (Tulus Pro.) yang fokus pada produksi rekaman dan konser.
Bersama Tulus, ia telah merilis beberapa album sukses, termasuk “Tulus,” “Gajah,” “Monokrom,” dan “Manusia,” yang membawa nama Tulus meraih berbagai penghargaan dan pengakuan, termasuk penjualan album “Gajah” yang mencapai 88.000 kopi dan masuk Top 10 Best Selling Music Album di iTunes Asia.
Pada 2020, Riri dan Tulus mendirikan sub-label TigaDuaSatu untuk mendukung talenta baru di dunia musik dan seni, salah satunya penyanyi Dere. Kehadiran TigaDuaSatu menegaskan peran Riri sebagai figur yang berkomitmen memberdayakan potensi kreatif generasi muda.
Nama Riri Muktamar sendiri mulai menjadi sorotan setelah secara resmi mengambil formulir pendaftaran sebagai bakal calon Ketua Umum Ikatan Alumni ITB (IA-ITB) periode 2025–2029. Dengan pengalaman memimpin jaringan bisnis lintas sektor dan kontribusi nyata di industri kreatif, Riri Muktamar diharapkan membawa perspektif baru dan inovatif dalam memimpin organisasi IA-ITB ke depan.
Sebagai seorang alumni yang telah aktif berkontribusi, langkah Riri Muktamar maju sebagai bakal calon Ketua Umum IA-ITB periode 2025–2029 menunjukkan dedikasi dan semangatnya dalam memperkuat peran alumni ITB peran alumni ITB dalam berbagai bidang strategis nasional maupun internasional.
Menarik disimak apakah Riri Muktamar nantinya dapat mengaplikasikan konsep “Keacakan Gerak” yang dicetuskannya dalam konteks Ikatan Alumni ITB pengembangan organisasi dan kolaborasi lintas sektor termasuk bagi bangsa negara di masa depan.
Hingga kini, per tanggal Senin, 26 Mei 2025, sudah ada 7 nama bakal calon kandidat yang telah mengambil formulir pendaftaran, yaitu: Riri Muktamar (KI’99), Abdul Luky Shofiul Azmi (MS’03), Fadli Rahman (TM’03), Mimi Lutmila (STF’88), Puja Pramudya (IF’06), Agung Awamedha (FI’02), dan Agustin Peranginangin (SI’94). Menarik disimak bagaimana ketujuh bakal calon tersebut akan bersaing di konstelasi Pemilu IA-ITB 2025-2029.
Saat ini, Riri Muktamar telah mengambil formulir pendaftaran sebagai bakal calon Ketum IA-ITB 2025-2029 Pada 5 Mei lalu. Mengingat, masa batas penutupan pendaftaran ketum adalah 28 Mei 2025 mendatang. Perlu dinantikan, bagaimana keseriusan dan komitmen Riri Muktamar dalam mengikuti Pemilu IA-ITB 2025 ini?
Beberapa akun resmi Pemilu IA-ITB: Follow Instagram @pemiluiaitb, bergabung di WhatsApp Channel: Pemilu IA-ITB 2025, saksikan konten menarik di TikTok @pemiluiaitb, ikuti percakapan di X (Twitter) lewat @pemiluiaitb2025, dan kunjungi website resminya di pemilu.iaitb.or.id. Yuk, ramaikan dan jadi bagian dari sejarah Pemilu IA-ITB 2025!