Menangkap Potensi Energi Surya dengan Satelit Himawari

Bungaria R.

Foto: ISTIMEWA

Penelitian Kalingga Titon Nur Ihsan mengukur optimalisasi potensi energi surya untuk kebutuhan kota. Masih butuh kajian lanjutan.

INDONESIA yang berada di wilayah tropis dengan suhu panas ternyata tak bisa otomatis mudah mendapatkan manfaat dari panel surya. Faktor topografi dan bayangan awan di suatu wilayah mempeletakan panel surya perlu pertimbangan khusus agar sumber energi terbarukan itu bisa optimal.

Itu adalah salah satu temuan dalam penelitian Kalingga Titon Nur Ihsan (GD ‘17), mahasiswa doktor double degree di Geodesi dan Geomatika ITB sekaligus Environmental Remote Sensing di Chiba University. Dalam penelitian yang diterbitkan di jurnal Energy and Building pada 15 September lalu, dia meluruskan mispersepsi masyarakat mengenai penggunaan panel surya dan suhu panas. Menurut Kalingga, dalam panel surya, komponen yang diubah adalah energi matahari (photovoltaic effect). “Jadi, sel surya mengubah radiasi matahari, bukan suhu panas,” kata Kalingga, Agustus lalu.

Dia tertarik dengan penelitian panel surya karena aplikasi sumber energi terbarukan ini mudah dan bisa dipasang dimana saja. Masyarakat kota besar di Indonesia pun banyak yang tertarik mengaplikasikan energi surya seiring meningkatnya pemahaman akan perubahan iklim.

Penelitian ini dilakukan di Jakarta dan Bandung. Dua kota yang representatif: Jakarta di wilayah pesisir, Bandung di sekitar pegunungan. Keadaan wilayah itu menjadi sampel seberapa banyak potensi energi surya yang bisa dimanfaatkan dari panel-panel surya yang ada di kota. Perbedaan kondisi meteorologi, seperti terpaparnya bayangan awan (shadow effect) dapat menjadi salah satu faktor penentu potensi energi surya.

Penelitian ini menggunakan data satelit Himawari asal Jepang. Kemampuan satelit ini menangkap gambar di Asia Pasifik dinilai paling ideal untuk memotret wilayah Jakarta dan Bandung. Terlebih, Himawari juga bisa memberi data realtime setiap 10 menit dari lintang 60 sampai minus 60.

Kalingga dan tim menemukan bahwa potensi energi surya di Indonesia termasuk tinggi. Namun, masih ada tantangan topografi dan pengaruh bayangan awan. Lokasi dan letak panel surya di bangunan tinggi dapat mempengaruhi potensi energi surya yang didapat. Ia berharap penelitian ini dapat membantu masyarakat menentukan bagian sisi atap yang tak terkena bayangan awan. Bagian itu potensial untuk pemasangan panel surya agar mampu menyerap energi secara optimal.

Penelitian masih berlanjut, antara lain untuk menentukan kebutuhan energi dari setiap rumah dan bangunan. Dengan begitu, masyarakat bisa menghitung jumlah panel surya yang perlu dipasang untuk memenuhi 100% kebutuhan listriknya.

Penelitian ini dapat pula menyajikan data kuantitatif terhadap kebutuhan energi terbarukan, khususnya di perkotaan. Bila nanti Indonesia bisa beralih pada penggunaan energi terbarukan secara masif, seberapa tinggi potensi penggunaan panel surya akan dapat dihitung. “Pastinya akan ada selisih energi yang tidak tercukupi jika hanya menggunakan energi terbarukan,” katanya.

Topik:
Share:
Facebook
X
LinkedIn
Threads
WhatsApp
Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *