Hearing Nusantara Edisi Surabaya Bahas Peran IA-ITB di Peta Persaingan Global

Fachrizal Hutabarat

Hearing Nusantara IA-ITB di Surabaya menjadi forum strategis untuk membedah isu “Peran IA-ITB di Persaingan Global” sekaligus menjaring aspirasi alumni menjelang pemilihan Ketua Umum IA-ITB 2025–2029.

ACARA adu gagasan Hearing Nusantara edisi ketiga di Surabaya telah selesai dilakukan. Acara diskusi dan debat itu telah diadakan di Kantor Pelindo Regional 3, Jalan Perak Timur No. 620, Surabaya, Jawa Timur pada Rabu, 18 Juni 2025 pukul 17:00 – 21:00 WIB lalu. 

Kegiatan acara debat Hearing Nusantara tersebut merupakan rangkaian agenda rutin Pemilu IA-ITB 2025 untuk mendiskusikan masa depan organisasi lewat pemaparan visi-misi, dan mendengar langsung gagasan dari para calon Ketua Umum IA-ITB periode 2025–2029 kepada audiens.

Sebelumnya, para ketiga kandidat Ketum IA-ITB 2025-2029, yaitu Agung Aswamedha (FI’02), Agustin Peranginangin (SI’94), dan Puja Pramudya (IF’06) telah memaparkan gagasan mereka di dua edisi acara Hearing Nusantara yang berlangsung di Medan (7 Juni) dan Balikpapan (14 Juni) lalu.  

Pada acara Hearing Nusantara edisi ketiga kali ini, tema yang dibahas adalah “IA-ITB untuk Persaingan Global”. Melalui tema ini, kegiatan IA-ITB diarahkan untuk memperkuat kapasitas internal organisasi, membangun jaringan lintas negara, dan memfasilitasi kolaborasi antar alumni dalam menghadapi isu-isu strategis global seperti transisi energi, digitalisasi, inovasi teknologi, serta pembangunan berkelanjutan. 

Acara kemudian dibuka oleh Pj. Joko Irianto selaku perwakilan dari Gubernur Jawa Timur. Ia memberi pesan tentang pentingnya sinergi antara alumni ITB dengan pemerintah daerah untuk menjadi katalisator transformasi menuju masa depan yang berkelanjutan dan inovatif dalam isu-isu persaingan global.

“Kami sangat mengapresiasi kolaborasi IA-ITB dengan pemerintah daerah. Alumni ITB punya peran penting dalam pengembangan ekonomi hijau, teknologi digital, dan pembangunan infrastruktur strategis,” kata Joko Irianto saat membuka acara. 

Isu persaingan global ini juga mengandung pesan bahwa IA-ITB bukan sekadar paguyuban alumni, melainkan sebuah simpul strategis bangsa yang siap mengambil peran dalam membentuk masa depan Indonesia di dunia yang terus berubah.

Pada saat jalannya acara, para ketiga kandidat ketum menjelaskan pentingnya kesiapan alumni ITB dalam merespons arus globalisasi. 

Masing-masing kandidat menawarkan pendekatan, fokus, dan solusi yang mencerminkan karakter dan prioritas mereka dalam membangun organisasi alumni yang adaptif dan berdaya saing.

Agung Aswamedha sebagai calon kandidat norut 01 mengusung visi IA-ITB yang bertumpu pada semangat kolaborasi dan solidaritas antar alumni untuk menjawab tantangan global. Ia percaya bahwa kekuatan komunitas alumni tidak terletak pada individu semata, melainkan pada jejaring yang saling mendukung dan bergerak bersama. 

Fokus global yang ia usung adalah menjadikan IA-ITB sebagai jembatan strategis antar alumni yang tersebar di berbagai negara dan sektor. Ia menekankan bahwa alumni ITB memiliki modal kuat dalam bidang teknologi dan inovasi, yang jika dikoordinasikan secara cermat, dapat menjadikan alumni ITB sebagai pelaku perubahan dan bukan sekadar pengikut arus.

“Saya ingin IA-ITB bisa menghubungkan alumni yang ada di Silicon Valley, Berlin, Tokyo, hingga Papua. Kita harus terkoneksi dan bergerak sebagai satu kekuatan global,” Kata Atep.

Sebagai solusi, Kang Atep menawarkan langkah nyata berupa diplomasi alumni internasional, yang melibatkan pembentukan jaringan strategis di berbagai negara, penguatan chapter luar negeri, dan kolaborasi dengan institusi global. Ia mendorong IA-ITB untuk memperluas pengaruh alumni secara kolektif, sekaligus memperkuat posisi alumni ITB dalam konstelasi dunia.

“Kalau kita serius ingin alumni kita punya peran global, maka IA-ITB harus hadir di meja-meja pengambilan keputusan internasional, baik lewat jaringan, inovasi, maupun diplomasi,” tegasnya. 

Sementara itu, Agustin Peranginangin selaku kandidat norut 02, membawa pendekatan strategis untuk memajukan IA-ITB dengan menekankan pentingnya positioning alumni dalam ekosistem global.

Ia melihat peran alumni bukan hanya sebagai pelaku nasional, tetapi juga sebagai aktor yang mampu bersaing dan berkontribusi dalam dinamika internasional. Oleh karena itu, ia mendorong peningkatan kapasitas kolektif alumni dalam riset, inovasi, dan kepemimpinan yang berdampak luas.

“Alumni ITB harus hadir sebagai bagian dari solusi dunia, bukan hanya masalah dalam negeri. Kita punya daya saing, tinggal bagaimana IA-ITB mampu mengorkestrasi kekuatan itu secara terarah,” kata Angin.

Untuk mewujudkan hal tersebut, ia ingin menjadikan IA-ITB sebagai rumah bersama yang inklusif dan egaliter. Untuk itu, ia menggagas pendekatan “Gelar Tikar”, sebuah cara membangun keguyuban melalui dialog santai dan merangkul semua pihak tanpa dominasi satu kelompok pun yang menekankan semangat pelayanan dan kebersamaan.  

“Saya datang untuk melayani, bukan dilayani. Ketika kita menempatkan diri sebagai pelayan, maka seluruh keputusan yang kita ambil akan selalu berpihak pada kemajuan bersama,” kata Angin.

Di tengah berbagai latar belakang anggota, Bang Angin juga menekankan pentingnya menjaga netralitas IA-ITB dari politik praktis. Menurutnya, alumni boleh berpolitik sebagai individu, namun organisasi harus tetap berdiri di atas kepentingan kolektif, bukan partisan. Baginya, kepemimpinan di IA-ITB bukanlah soal kuasa, melainkan pelayanan.

Selanjutnya, Pudja Pramudya selaku kandidat norut 03, tampil sebagai figur yang mengutamakan pendekatan kolaboratif dan pemberdayaan dalam memimpin organisasi alumni. 

Ia menilai bahwa IA-ITB memiliki potensi besar sebagai jejaring strategis jika mampu dimanfaatkan dengan cara yang tepat. Gagasannya menitikberatkan pada penguatan fungsi IA-ITB sebagai networking hub lintas generasi dan disiplin, agar alumni bisa saling mengisi dan berkontribusi dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk menghadapi tantangan global.

Pudja juga menekankan pentingnya menciptakan ruang dialog dan kolaborasi antara IA-ITB dengan stakeholders eksternal, seperti pemerintah, dunia usaha, dan komunitas internasional. Lewat cara ini ia percaya bahwa kolaborasi adalah kunci kemajuan.

“IA-ITB bisa menjadi jembatan antara kekuatan alumni dan tantangan bangsa, asalkan kita mau terbuka, mau mendengar, dan mau jalan bersama,” kata Pudja.

Kegiatan Hearing Nusantara selanjutnya akan dilaksanakan di di Ruang Pertemuan Wantilan The Nusa Dua Kawasan BTDC Area, Bali pada Sabtu, 22 Juni 2025 mendatang. Diskusi ini akan mengangkat isu-isu berbeda yang relevan dengan konteks lokal dan kontribusi alumni ITB di wilayah masing-masing.

Setelah sebelumnya diadakan di Medan pada 7 Juni, Balikpapan 14 Juni, dan Surabaya pada 18 Juni lalu, rangkaian acara Hearing Nusantara selanjutnya akan digelar di Bali pada 22 Juni, dan acara penutup di Jakarta pada 24 Juni 2025 di Jakarta. 

“Nantinya, usai dari Sumut, pada 14 Juni 2025 akan dilaksanakan di Balikpapan, 14 Juni 2025 di Surabaya pada 18 Juni, 22 Juni di Bali, dan penutup 24 Juni 2025 di Jakarta,” kata Erik Tarigan saat di acara Hearing Nusantara Medan pada  7 Juni 2025 lalu.

Rangkaian acara debat Hearing Nusantara yang akan berlangsung selama bulan Juni ini akan ditutup dengan rangkaian Kongres Nasional XI IA-ITB dan acara Pulang Kampus pada 28 Juni 2025 mendatang di  Bandung. 

Pada akhir bulan Juni tersebut, proses pemungutan dan perhitungan suara calon ketum pada Pemilu IA-ITB 2025 akan dilakukan dalam satu hari.

Siapakah kandidat Ketum IA-ITB 2025-2029 yang baru menggantikan Ketum Gembong Primadjadja? Segera tentukan pilihan Anda di www.pemilu.iaitb.or.id.

Pantau terus kabar terbaru dari Pemilu IA-ITB di www.alumniamagz.id sebagai media partner resmi Pemilu IA-ITB 2025 dan mari bersama-sama kita kawal pesta demokrasi terbesar keluarga alumni ITB tahun ini! Jangan lewatkan kesempatan untuk menjadi bagian dari sejarah Pemilu IA-ITB 2025–2029.

Topik:
Share:
Facebook
X
LinkedIn
Threads
WhatsApp
Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *