MUSIK boleh jadi nama tengah Bona. Lahir dan besar di keluarga pemusik, ia setidaknya mahir memainkan tiga alat musik: gitar, bas dan trompet. “Bisa main trompet karena ikut marching band. Kalau gitar dan bas, memang iseng belajar waktu SMA,” kata Bona awal Maret lalu.
Bona bersekolah dari TK hingga SMA di Santo Aloysius Bandung. Setelah dua belas tahun menempuh pendidikan di sekolah Katolik itu, ia merasa perlu keluar dari arus umum yang sudah begitu mapan. “Saya ingin lepas dari ‘Jalan Salib’,” katanya sambil tertawa. Istilah itu populer di kalangan alumnus St. Aloysius untuk menyebut jalur pendidikan yang terlalu lazim: sekolah 12 tahun di Aloy, lalu melanjutkan kuliah di Universitas Katolik Parahyangan. Sebagai bentuk ‘pemberontakan kecil’, Bona memilih masuk ITB.
Kesempatan Bona menjadi pemusik profesional berawal dari ajakan Diana Widoera, kawan lamanya untuk membentuk Irish Cofee yang belakangan berganti nama menjadi D’Cinnamons. Dari band yang kerap manggung di kafe-kafe, karya mereka mulai merambah radio lewat Paramuda FM.
Radio itu memberi mereka sesi akustik dari Januari hingga Juni 2005. Berkat acara itu, Aquarius Musikindo menawarkan kontrak tiga album. Dua tahun kemudian, mereka merilis album pertama Good Morning dan terlibat dalam pembuatan soundtrack Cintapuccino, film dari novel laris Icha Rahmanti. Karya tersebut membawa mereka meraih penghargaan Soundtrack Terfavorit di Indonesian Movie Actors Awards 2008. Setelah album kedua Atlantis dirilis pada 2012, mereka melepas kontrak dengan Aquarius.
“Industri musik saat itu mengalami transisi dari rekaman konvensional ke digital,” kata Bona. Perubahan itu membuat bisnis bergeser, dari pembelian kaset, CD, ringback tone men-jadi serba gratisan. “Untuk bermusik, untuk membuat album, semua bisa dilakukan mandiri. Tak perlu label mayor atau indie. Tanpa label pun bisa berkarya dan bisa viral,” kata Bona yang juga punya bisnis sewa sound system.
Prinsip monetisasi tak banyak berubah. Jika dulu musisi mengandalkan label untuk promosi di televisi, kini mereka harus menggandeng platform digital agar lagu mereka bisa dipakai di Instagram, TikTok, dan media sosial lainnya.
“Itu sebabnya, sekarang banyak lagu viral belakangan. Setelah dua tahun misalnya,” katanya. Bagi Bona, transisi ini tantangan sekaligus peluang untuk terus berkarya dalam dinamika industri musik tanah air.