PRESIDEN ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mendonasikan lukisan berjudul “Tangkuban Parahu: The Legend and the Beauty” kepada Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam acara Adicitra Ganesha 2025 di Aula Barat dan Aula Timur ITB, Bandung.
Lukisan tersebut menggambarkan harmoni antara alam, legenda, dan keindahan, serta menjadi bagian dari lelang karya seni untuk Dana Lestari ITB, program endowment fund yang mendukung keberlanjutan pendidikan tinggi DI ITB.
Dalam pidato kebudayaan bertajuk “Culture for Change: Menyelamatkan Bumi dan Kehidupan Manusia dengan Kontribusi Budaya,” SBY menegaskan pentingnya peran budaya dalam membentuk arah kemajuan bangsa.
Menurut SBY, pentingnya budaya dalam membentuk karakter bangsa dan menjaga kelestarian bumi menjadi sorotan di tengah tantangan global yang diwarnai krisis iklim dan krisis moralitas.
“Kalau kontribusi teknologi dan inovasi sudah banyak, maka kini saatnya budaya mengambil peran,” kata pidato Susilo Bambang Yudhoyono pada Rabu, 8 Oktober 2025.
Ia menegaskan bahwa banyak persoalan dunia modern tidak dapat diselesaikan hanya melalui kemajuan teknologi atau ekonomi, melainkan harus disertai perubahan perilaku dan nilai kemanusiaan.
“Budaya adalah cara kita berpikir, bersikap, dan berperilaku. Ketika budaya rusak, arah kemajuan pun kehilangan kompasnya,” ujarnya mengutip dari situs resmi itb.ac.id.
Selain itu, beliau menghadiahkan buku puisi “Garis Waktu Tak Bertepi”, kumpulan refleksi batin dan renungan hidupnya sebagai seniman dan pemimpin.
Kedua karya tersebut menjadi simbol perpaduan antara seni, sains, dan nilai kemanusiaan, sejalan dengan semangat ITB dalam membangun peradaban yang berlandaskan akal, rasa, dan nurani.
Fungsi Adicitra Ganesha Sebagai Lelang Online demi Dana Lestari ITB
Adicitra Ganesha merupakan pameran dan lelang karya seni yang menghadirkan karya-karya maestro nasional, alumni ITB, dan seniman dari berbagai kota di indonesia.
Kegiatan ini menampilkan karya-karya maestro nasional, alumni ITB, dan seniman dari berbagai kota di Indonesia dengan mengusung tema “Apresiasi, Representasi, Transformasi”.
Pada gelaran tahun 2025, lebih dari 50 maestro seni rupa dan desainer nasional ikut berpartisipasi, termasuk Susilo Bambang Yudhoyono, I Nyoman Nuarta, A.D. Pirous, dan Singgih S. Kartono.
Melalui sistem silent auction di laman adicitraganesha.com, hasil penjualan karya akan disalurkan untuk keberlanjutan pendidikan di ITB.
“Adicitra Ganesha bukan hanya ajang pamer karya, tetapi juga simbol kolaborasi antara seni, sains, dan teknologi untuk kemajuan pendidikan dan kebudayaan,” ujar Rektor ITB, Prof. Dr. Ir. Tatacipta Dirgantara, M.T mengutip dari itb.ac.id.
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Komunikasi, Kemitraan, Kealumnian, dan Administrasi (WRKMAA), Dr. A. Rikrik Kusmara, S.Sn., M.Sn., selaku inisiator dan koordinator Adicitra Ganesha, mengatakan bahwa kegiatan ini salah satu rangkaian acara Pasar Seni ITB 2025 yang akan digelar pada 18-19 Oktober 2025.
Acara tersebut diharapkan menjadi agenda tahunan berupa pidato budaya dan pameran tokoh-tokoh besar seniman serta kreator nasional.
Ia menjelaskan bahwa kegiatan ini sekaligus menandai dimulainya penggalangan dana Adicitra Ganesha yang berlangsung hingga 21 Oktober 2025. Selama periode tersebut, karya-karya seni terpilih akan dipamerkan di Aula Barat dan Aula Timur ITB pada 18–21 Oktober 2025.
“Pameran seni Adicitra Ganesha akan menampilkan 100 karya dari 75 seniman dari Kota Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Bali, yang menyuguhkan karya-karya perintis seni rupa Indonesia serta para seniman profesional yang telah dikenal dalam perkembangan seni rupa. Karya-karya yang dipamerkan meliputi karya lukisan, gambar, grafis, lukis, patung, objek karya instalasi, fotografi, video art, interactive media art, setra karya-karya mural” ujarnya.
Melalui kegiatan ini, ITB tidak hanya memperkuat posisinya sebagai lembaga pendidikan tinggi unggulan di bidang sains dan teknologi, tetapi juga menunjukkan komitmennya dalam mengintegrasikan nilai-nilai budaya dan kemanusiaan ke dalam pembangunan bangsa.
Kolaborasi antara tokoh-tokoh seni, akademisi, dan pemimpin nasional seperti SBY menjadi bukti nyata bahwa kemajuan sejati hanya dapat dicapai ketika ilmu pengetahuan berjalan seiring dengan kebijaksanaan budaya.
Semangat ini diharapkan terus hidup dalam setiap karya, gagasan, dan langkah yang diambil demi masa depan pendidikan dan peradaban Indonesia.