Bisnis Unggul dengan Melompat Lebih Jauh

Amandra Megarani

LEAP: Menuju Inovasi Berkelanjutan, Penulis: Rhenald Kasali, Terbit: Oktober 2024, Penerbit: Mizan, Halaman: 468 halaman.

Buku terbaru Profesor Rhenald Kasali mengungkap strategi pengembangan bisnis bak atlet lompat jauh. Kisah perjalanan lima dekade perusahaan EPC, Tripatra menjadi sorotan.

PERUSAHAAN perlu melakukan lompatan (leap) bisnis untuk tumbuh di atas rata-rata industri. Namun, bukan lompatan kecil atau lompatan spontan yang biasanya dilakukan ketika terdesak, melainkan lompatan jauh ke depan.

Rhenald Kasali, menganalogikan strategi lompatan ini bak tahapan yang dilakukan atlet lompat jauh. Perlu Run Up, tahapan ketika perusahaan memulai bisnis yang diawali dengan menemukan ide lalu menemukan momentum. Kemudian Take off, fase paling krusial ketika hendak melompat. Perusahaan perlu membentuk myelin—aktivitas dan kebiasaan yang mempercepat kinerja organisasi, memiliki ketangkasan dan rekan belajar pada fase ini.

Kemudian ketika perusahaan memasuki fase Flight, ia perlu mengambil tindakan penting untuk menjadi lebih besar dan tetap relevan. Entah dengan merger, akuisisi atau bertransformasi. Pada tahap Landing, perusahaan lebih memperhatikan kesadaran lingkungan, sosial dan tata kelola (ESG).

Sukses dan kenyamanan adalah perang-kap sehingga perlu keberanian berpikir ulang untuk belajar dari kesalahan sendiri agar bisa melompat lebih jauh pada kesempatan berikutnya. Ibarat atlet yang selalu ingin mencetak rekor baru, ia akan melakukan perbaikan dengan memikirkan teknik baru yang harus dikuasai.

Seperti buku-buku sebelumnya, antara lain, Disruption (2016) dan Tomorrow is Today (2017), Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia ini menjelaskan gambaran besar pertumbuhan bisnis dengan narasi yang populer melalui beragam studi studi kasus. Di awal buku, ia memaparkan berbagai perusahaan besar global yang berhasil melakukan leap. Seperti G-MAFIA dari Amerika Serikat (Google, Microsoft, Apple, Facebook, IBM, dan Amazon), BAT-Triada dari Cina (Baidu, Alibaba dan Tencent), Samsung dan Hyundai dari Korea hingga Nokia dari Finlandia.

Indonesia juga memiliki Kalbe, Alfamart, Indofood dan Sido Muncul yang kini unggul karena melakukan lompatan. Namun, leap yang dilakukan PT Tripatra Engineering menjadi sorotan dalam buku ini.

Perusahaan yang didirikan Wiwoho Basuki dan almarhum Iman Taufik, lulusan Teknik Mesin ITB, mengawali bisnis di bidang design engineering. Pada perkembangannya, Tripatra melakukan lompatan-lompatan atlet yang berkelanjutan selama 50 tahun. Perusahaan ini melompat ke bisnis perminyakan, bisnis EPC hingga ke bisnis Power Plant. Di antara lompatan-lompatan besar itu perusahaan juga pernah melompat spontan ke bisnis kabel optik, ketika dunia perminyakan sepi. Kini, Tripatra tengah mempersiapkan lompatan bisnis berikutnya ke sektor hijau.

Rhenald Kasali mengemukakan bahwa proses leap tidak instan. Perlu orang-orang yang mau dan berani menghadapi tantangan untuk melompat lebih jauh dan bertumbuh lebih cepat. Banyak usaha tetap berada di skala makro dan kecil karena mereka hanya melakukan lompatan biasa. Leap memang memiliki risiko, yakni jatuh dan mundur (downfall). Contohnya, kecelakaan Boeing 737 MAX yang menewaskan ratusan penumpang di Laut Jawa.

Buku ini memberikan proses dan prasyarat yang harus dipersiapkan sebelum melakukan leap agar tak terjun bebas. Buku ini perlu dibaca mereka yang ingin memulai usaha, mengembangkan bisnis, dan siapa pun yang berorientasi pada masa depan. Karena leap pada dasarnya bukan hanya soal bisnis, tetapi juga manusia sebagai individu: mengikuti arus atau melompat jauh ke depan.

Topik:
Share:
Facebook
X
LinkedIn
Threads
WhatsApp
Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *