Halal Bihalal IA-ITB DIY 2025 Bahas Kolaborasi Pentahelix untuk Visi Indonesia Emas 2045

Fachrizal Hutabarat

Halal Bihalal IA-ITB Yogyakarta 2025 menjadi ajang strategis yang membahas kolaborasi lintas sektor melalui 5 pendekatan Pentahelix sebagai kontribusi nyata alumni ITB dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.

IA-ITB Pengda Daerah Istimewa Yogyakarta baru saja menyelenggarakan acara Halal Bihalal di Akademi Angkatan Udara (AAU), Sleman, DIY pada Minggu, 4 Mei 2025. Acara tersebut juga menghadirkan talk show inspiratif bertajuk “Merajut Silaturahmi, Menguatkan Kolaborasi Alumni untuk Indonesia Emas 2045”

Dalam hangatnya suasana, acara dipandu langsung oleh tuan rumah Marsekal Muda TNI Dr. Ir. Purwoko Aji Prabowo, M.M., MDS., alumni program kerja sama AAU dan ITB. 

Acara ini telah dihadiri 200 alumni ITB. Acara ini bertujuan untuk menguatkan ajang silaturahmi antar alumni ITB lintas angkatan yang tinggal di Provinsi DIY dan sekitarnya. 

Turut hadir dalam kesempatan ini berbagai tokoh kealumnian ITB, termasuk Ketua IA-ITB Pengda DIY, Warih Mahamboro (EL’96), Direktur Kealumnian dan Pengembangan Karier ITB, Sophi Damayanti, serta Ketua Program Studi Teknik Dirgantara FTMD ITB, Rianto Adhy Sasongko, S.T., M.Sc., Ph.D.

“Halal bi Halal Ikatan Alumni ITB Pengda Yogyakarta pada hari Minggu (4/5). Diselenggarakan di Akademi Angkatan Udara, Yogyakarta. Mengingat tuan rumah, Gubernur AAU Marsda TNI Purwoko, adalah alumni jurusan Teknik Penerbangan ITB,” mengutip dari akun Instagram resmi @romahurmuziy.

Pada talk show yang disampaikan oleh Dosen prodi Aeronotika & Astronotika ITB, Prof. Dr. Hari Muhammad menjadi sorotan utama. Dalam paparannya, Prof. Hari mengangkat model kolaborasi multipihak Pentahelix sebagai pendekatan strategis dalam pembangunan nasional. 

Pentahelix menggabungkan lima elemen utama, yaitu: Pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan fasilitator, Akademisi sebagai sumber ilmu pengetahuan dan riset, Pelaku Usaha sebagai motor penggerak ekonomi dan inovasi, Komunitas/Masyarakat sebagai pelaku sosial dan penerima manfaat, dan Media sebagai penyebar informasi dan kontrol sosial.

Penerapan Pendekatan Pentahelix untuk Solusi Hunian bagi Warga Terdampak Relokasi

Salah satu contoh studi kasus nyata dari kelima elemen tersebut adalah pembangunan Jalan Tol Solo–Yogyakarta–YIA Kulon Progo dimulai pada tahun 2020 dari arah Solo. Proyek ini merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) yang bertujuan meningkatkan konektivitas antara Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. 

Pembangunan tol ini dilakukan secara bertahap, dengan Seksi 1 (Kartasura–Klaten) sepanjang 22,3 km diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 19 September 2024. Tol ini dibangun melayang (elevated) di sepanjang Ring Road Utara Yogyakarta, kecuali di simpang Jalan Monumen Jogja Kembali/Palagan Tentara Pelajar yang akan dibuat on grade. 

Pembangunan jalan tol Solo–Yogyakarta ini membawa dampak signifikan terhadap masyarakat di Kecamatan Kalasan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), terutama terkait pembebasan lahan yang mengharuskan relokasi penduduk. 

Proses pembebasan lahan menghadapi berbagai tantangan, termasuk negosiasi harga dan status kepemilikan lahan. Di Purwomartani, misalnya, terdapat kendala dalam pembebasan lahan bekas pabrik yang memiliki tembok kokoh, serta relokasi makam yang memerlukan pendekatan adat dan sosial yang mendalam. 

Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang holistik dan partisipatif untuk memastikan bahwa pembangunan infrastruktur ini dapat berjalan lancar tanpa mengabaikan kepentingan dan kesejahteraan masyarakat terdampak.

Untuk mengatasi tantangan ini, pendekatan Pentahelix diterapkan dalam perancangan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) di Kalasan, dengan tujuan menyediakan hunian layak bagi warga terdampak.

Dalam konteks ini, pemerintah berperan sebagai fasilitator utama dalam proses pembebasan lahan, pemerintah melalui Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan Kementerian PUPR memastikan bahwa proses ini berjalan sesuai dengan regulasi yang berlaku. Mereka juga bertanggung jawab dalam menetapkan nilai ganti rugi yang adil dan transparan bagi warga terdampak.

Sementara, Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY) dari sisi akademis mengambil peran aktif dengan merancang Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) sebagai solusi hunian bagi warga yang terdampak relokasi. Pendekatan desain ini tidak hanya mempertimbangkan aspek teknis, tetapi juga kebutuhan sosial dan budaya masyarakat setempat. 

Selanjutnya, dunia usaha mendukung melalui Konsorsium pelaksana proyek, termasuk PT Adhi Karya dan PT Daya Mulia Turangga, bekerja sama dalam pembangunan fisik tol dan fasilitas pendukungnya. Mereka juga berkoordinasi dengan pemerintah dan masyarakat untuk memastikan bahwa pembangunan berjalan lancar dan sesuai dengan kebutuhan lokal.

Kemudian, keterlibatan Komunitas setempat dapat aktif terlihat dalam proses musyawarah untuk menentukan bentuk dan nilai ganti rugi. Misalnya, di Padukuhan Kaligalang, warga sepakat dengan nilai ganti rugi yang ditawarkan, menunjukkan adanya komunikasi yang efektif antara pihak terkait dan masyarakat.

Sementara, Media berperan penting dalam menyebarkan informasi terkait perkembangan proyek, proses pembebasan lahan, dan aspirasi masyarakat. Liputan yang objektif membantu menciptakan transparansi dan meningkatkan kepercayaan publik terhadap proses yang berlangsung.

Kelima pendekatan diatas memastikan bahwa pembangunan Rusunawa tidak hanya memenuhi aspek fisik, tetapi juga sosial dan budaya masyarakat setempat.

Pendekatan kolaboratif berbasis konsep Pentahelix telah membuahkan sejumlah capaian positif dalam proyek pembangunan Jalan Tol Solo–Yogyakarta, khususnya di wilayah Kalasan. Hingga awal 2025, tingkat pembebasan lahan di ruas Klaten–Purwomartani telah mencapai sekitar 96,78%, dengan hanya menyisakan 3,22% lahan, sebagian besar berupa tanah kas desa yang masih dalam tahap penyelesaian administratif. 

Proses ini juga menunjukkan tingkat kepuasan masyarakat yang cukup tinggi, berkat mekanisme musyawarah yang berlangsung secara transparan dan partisipatif, sehingga nilai ganti rugi yang diberikan juga dirasa adil oleh warga.

Penerapan pendekatan Pentahelix dalam proyek ini menunjukkan bagaimana kolaborasi antar pemangku kepentingan dapat menghasilkan solusi yang holistik dan berkelanjutan dalam menghadapi tantangan pembangunan infrastruktur.

Model Pentahelix ini menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor guna menciptakan solusi berkelanjutan, partisipatif, dan responsif terhadap tantangan nyata di masyarakat. Melalui pendekatan ini, kolaborasi alumni diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.

Topik:
Share:
Facebook
X
LinkedIn
Threads
WhatsApp
Related Post