Sekretaris Eksekutif IA-ITB Jakarta, Ardian Perdana Putra mengajak generasi muda melawan persoalan sosial seperti judi online melalui ekonomi kreatif dan kewirausahaan sebagai bentuk nyata bela negara di era digital.
BELA negara di era digital tidak lagi identik dengan seragam dan senapan. Kini, membela bangsa bisa dilakukan melalui cara-cara yang kreatif dan solutif, seperti menciptakan lapangan kerja atau mengatasi persoalan sosial lewat inovasi.
Pendekatan baru ini berguna bagi generasi muda yang hidup di tengah arus digital dan dinamika sosial yang cepat berubah.
Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Eksekutif IA-ITB Jakarta, Ardian Perdana Putra selaku perwakilan Ikatan Alumni ITB Jakarta (IA-ITB) saat menjadi narasumber dalam kegiatan “Pemantapan Kesadaran Bela Negara – Dialog Interaktif Bela Negara Angkatan 1 Tahun 2025”.
Acara ini diselenggarakan oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi DKI Jakarta (Bakesbangpol) dalam rangka memberikan pemahaman yang kuat tentang bela negara kepada generasi muda yang memiliki kapasitas besar untuk menjadi agen perubahan dalam menjaga keutuhan bangsa.
Acara itu berlangsung di Grand G7 Hotel, Kemayoran, Jakarta Pusat pada Selasa, 24 Juni 2025 lalu. Kegiatan ini dihadiri oleh 100 mahasiswa dari berbagai kampus di Jakarta, seperti Universitas Negeri Jakarta, Politeknik STIA LAN, UPN Veteran, Universitas Esa Unggul, dan Universitas Darma Persada.
Acara dialog interaktif ini juga menghadirkan Neneng Nurosi Nurasjati, mantan atlet karate nasional dari Kemenpora, dan Yudi Haryono, seorang pengamat dan praktisi. Acara dipandu oleh Katarina Kriheni Wijayanti, Duta Bahasa Nasional.

Dalam pemaparannya, Ardian menekankan pentingnya peran ekonomi kreatif dan kewirausahaan sebagai strategi bela negara masa kini.
Ia menyebutkan bahwa fenomena sosial seperti judi online, premanisme, dan pinjaman online ilegal yang marak di kalangan muda membutuhkan solusi konkret dan berkelanjutan. Pada sesi sebelumnya, perwakilan dari masing-masing kampus diminta untuk mempresentasikan gagasannya tentang penanganan lima masalah sosial pada masyarakat, yaitu premanisme, perjudian online, hoax, kecanduan game dan pengangguran.
“Kewirausahaan merupakan solusi dari masalah sosial yang rekan-rekan peserta paparkan sebelumnya, seperti judi online dan premanisme. Maka dari itulah sektor ekonomi kreatif menjadi relevan dengan topik bela negara,” ujar Ardian di hadapan para peserta.
Ardian juga menyoroti potensi besar ekonomi kreatif digital yang terus tumbuh dan berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.
Menurutnya, sektor ini membuka peluang besar bagi generasi muda yang akrab dengan teknologi untuk berkarya sekaligus membangun bangsa.
Hal ini mengacu kepada data statistik indikator Makro Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, yang menjelaskan bahwa kontribusi atas sektor ekonomi kreatif terus mengalami peningkatan terhadap perekonomian nasional.
Peningkatan tersebut terjadi dari Rp 526 triliun pada 2010 meningkat menjadi Rp 989 triliun pada 2017. Dan sementara itu, sektor ekonomi kreatif juga memberikan kontribusi sebesar Rp 1.105 triliun terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada 2019.
Hal ini menempatkan negara Indonesia pada posisi ketiga setelah negara Amerika Serikat dan juga Korea Selatan.
Namun, Ardian juga mengingatkan bahwa era digital juga membawa tantangan tersendiri. Ketergantungan terhadap media sosial, rendahnya apresiasi terhadap karya orisinal, serta krisis etika dalam berkarya menjadi isu yang harus diwaspadai.
Karena itu, ia mengajak mahasiswa untuk tidak hanya kreatif, tetapi juga etis dan bertanggung jawab dalam berkarya.
Dalam penutupannya, Ardian menyampaikan bahwa bela negara di masa kini adalah tentang kontribusi nyata, bukan simbol semata.
“Hari ini, bela negara adalah soal karya, etika, dan keberpihakan kita pada solusi,” ujarnya yang disambut tepuk tangan antusias dari para peserta.
Lewat pemaparannya tersebut, Ardian mengajak para generasi muda untuk berkontribusi nyata di bidang ekonomi kreatif melalui semangat kewirausahaan.
Dengan cara ini, generasi muda tidak hanya diajak untuk menjauhi ancaman sosial seperti judi online, tetapi juga didorong untuk menjadi pencipta lapangan kerja dan agen perubahan bagi masyarakat.
Selain itu, dengan membangun nilai unik, menerapkan standar operasional, terus berinovasi, dan belajar dari kegagalan, generasi muda dapat mengambil peran strategis dalam menjaga keutuhan bangsa melalui jalur yang relevan dengan zaman.