Prof. Yassierli Ph.D (TI’93) Sumber: Yassierli.com
Tagar #KaburAjaDulu tengah menjadi perbincangan hangat di media sosial dan tidak luput dari perhatian internasional dalam beberapa pekan terakhir.
Awalnya, tagar ini muncul sebagai bentuk kekecewaan generasi muda terhadap kondisi ekonomi dalam negeri, terutama terkait mahalnya pendidikan dan minimnya lapangan pekerjaan.
Banyak warganet menggunakan tagar tersebut untuk mengungkapkan keinginan mereka mencari peluang kerja atau melanjutkan pendidikan di luar negeri.
Fenomena ini semakin menguat setelah pemerintah mengumumkan kebijakan efisiensi anggaran besar-besaran yang diterapkan oleh Presiden Prabowo Subianto.
Melalui Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2025, pemerintah memangkas anggaran hingga Rp 306,7 triliun, yang berdampak pada berbagai sektor, termasuk pendidikan dan tenaga kerja.
Kondisi ini memicu kekhawatiran akan semakin sempitnya kesempatan kerja bagi lulusan baru. Banyak pihak berharap pemerintah dapat segera mengambil langkah konkret untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan menciptakan ekosistem kerja yang lebih baik di dalam negeri.
Hal inilah yang kemudian menjadi polemik di media sosial dan terjadi perdebatan seru netizen di platform X terkait dimana peluang kerja yang lebih baik, di antara dalam negeri sendiri atau di luar negeri.
Peristiwa ini pun tak luput dari perhatian internasional. Menurut akun @KreakSemarang yang berujar, “Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Masaki Yasushi menanggapi tren ajakan bekerja di luar negeri dengan tagar #KaburAjaDulu yang ramai di media sosial. Maasaki menyebut Jepang menghadapi masalah demografi dan sangat membutuhkan pekerja asing dengan keahlian, termasuk Indonesia.”
Hal senada juga disampaikan oleh pendiri KepanJepan, yang adalah salah satu platform karier untuk WNI yang bekerja di Jepang, bernama Kaiji Wada. Dalam postingan akun Linkedinnya, ia berujar dalam bahasa inggris “As a Japanese recruiter, this #KaburAjaDulu is a positive following wind as we can approach many candidates who want to work in Japan. Japan as an aging society needs more human resources from the global market.”
Kaiji Wada berujar bahwa dirinya sangatlah positif menyambut apabila ada WNI yang memutuskan untuk berkarir di Jepang. Menurutnya gerakan #KaburAjaDulu merupakan peluang dan KapanJepan memiliki banyak informasi pekerjaan bagi para WNI yang ingin mencoba peruntungan di negeri sakura tersebut.
Sementara, akun @Ndrewstjan menyebutkan bahwa populasi penduduk di Jepang saat ini semakin menurun dan sepi. Sehingga, ia menyarankan “Dibandingkan ke Eropa yang sedang banyak masalah imigran, lebih baik mau #KaburAjaDulu ya ke Jepang aja sekarang2 ini.”
Namun, di satu sisi, akun @Ndrewstjan juga menyebutkan jika pada tahun 2050 mendatang, Indonesia bakal jadi negara ekonomi terbesar ke-4 di dunia. Sedangkan, Jepang diprediksi sudah tidak lagi jadi negara ekonomi besar seperti saat ini. Hal ini menyebabkan banyak Warga Negara Jepang yang pergi meninggalkan negaranya untuk mencari peruntungan di Indonesia.
“Jadi ya silahkan orang Indonesia yang mau #KaburAjaDulu ke Jepang. Sedangkan orang Jepangnya satu2 #KaburAjaDulu ke Indonesia.” Kata @Ndrewstjan.
Sementara akun @AkuntanMilenial berujar bahwa meski peluang kerja di Jepang terbilang lebih menjanjikan dibandingkan di Indonesia, namun tarif pajak pekerja di negeri sakura tersebut sangatlah tinggi.
“Jepang? Iya. Ini tarif pajak kalo kalian kerja di Jepang. Eits!!! Tunggu dulu. 45% ini tarif atasnya, macem 35% nya di Indo. #jumatbelajar kali ini sebagai aksi dukungan #KaburAjaDulu.” Kata akun @AkuntanMilenial.
Sementara itu, salah seorang netizen dari akun @wajahbaru_0 membandingkan tingkat gaji pekerja Indonesia dibandingkan di negara lainnya di kawasan Asia. Pada komentar netizen tersebut, ia memposting gambar bahwa gaji pekerja Indonesia hanyalah Rp 3-5 juta perbulan dengan modal pendidikan haruslah S1, S2, S3.
Namun, gaji pekerja di Jepang bisa mencapai Rp 15-25 juta, di Korea kisaran gaji bisa mencapai Rp 20-50 juta perbulan, sementara di Australia gaji karyawan bisa mencapai Rp 40-50 juta perbulan.
“Putra-putri terbaik bangsa lebih milih #KaburAjaDulu di prediksi Indonesia bubar!” Kata akun @wajahbaru_0 lewat pantauan daring Alumnia pada Senin, 24 Februari 2025.
Yassierli: Bukan Kabur Tapi Meningkatkan Keterampilan untuk Membangun Bangsa
Namun menurut Menteri Ketenagakerjaan, Prof. Yassierli Ph.D (TI’93), fenomena ajakan untuk meninggalkan tanah air secara massal tersebut bukanlah hal yang buruk, selama tenaga kerja Indonesia tetap memiliki semangat untuk kembali dan membangun bangsa.
“Semangatnya bukan kabur sebenarnya. Jika ingin meningkatkan keterampilan dan ada peluang kerja di luar negeri, itu sah-sah saja.”
“Yang terpenting adalah bagaimana setelahnya kembali ke Indonesia dan berkontribusi bagi negara,” ujar Yassierli lewat pantauan daring Alumnia dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa 18 Februari 2025.
Selain itu, Yassierli juga menekankan bahwa isu minimnya lapangan kerja yang tersedia di medsos itu tidaklah sepenuhnya tepat, sehingga masyarakat dinilai tidak perlu khawatir.
Mengingat, pemerintah akan terus berupaya menciptakan lapangan kerja berkualitas di dalam negeri. Menurut Yassierli, saat ini pemerintah sedang gencar mendorong investasi di sektor industri dan teknologi untuk membuka lebih banyak peluang kerja dan berbagai program sertifikasi pelatihannya untuk meningkatkan kompetensi pekerja.
“Pemerintah sedang mendorong investasi di sektor industri dan teknologi untuk membuka lebih banyak peluang kerja. Kita juga memiliki program pelatihan dan sertifikasi untuk meningkatkan daya saing tenaga kerja Indonesia, baik di dalam maupun luar negeri,” tambahnya.
Oleh karena itu, Ia mengajak generasi muda untuk tetap optimis dan memanfaatkan berbagai program peningkatan keterampilan yang telah disediakan pemerintah.
Jadi, menurutmu mana yang lebih baik, tetap kerja di Indonesia atau malah #KaburAjaDulu ke luar negeri?