Foto-foto: DOKUMENTASI PS IA-ITB. Haekal (FT ‘06), baju hijau menggiring bola dalam kegiatan rutin pada awal November lalu.
Kisah para anggota Persatuan Sepak Bola Ikatan Alumni ITB dan kegilaan mereka menekuni hobi. Dari penggunaan sport science, mensponsori tiket pesawat hingga menyewa pelatih professional.
PERTANDINGAN mencapai menit ke-64, ketika Muhamad Fahmi (SI ’14) yang bernomor punggung 3 dari tim ALSI (Ikatan Alumni Teknik Sipil ITB) melakukan tendangan bebas dari jarak jauh. Tendangan kerasnya gagal diantisipasi Muhammad Hizkal (TA ’17), kiper IATAMET (Ikatan Alumni Tambang dan Metalurgi ITB). Bola rebound itu kemudian disambar oleh Arizal (SI ’19) ALSI bernomor punggung 77, dan menghasilkan gol jarak dekat. Pada menit ke-81, Gadhang Heri Wibowo (TA ‘08) beraksi.
Pemain sayap kanan IATAMET bernomor 7 itu mengirim umpan silang ke depan gawang ALSI yang dikawal oleh Ersa Lutfi Fauzi (SI ’06). Di sana, sudah berdiri Managor Setiafdi Hasibuan (MT ’15), penyerang IATAMET bernomor punggung 9. Dengan lompatan tingginya, ia menyundul dan mengegolkan bola ke gawang ALSI. Kini kedudukan dua tim imbang 1-1 dan berlanjut hingga akhir babak kedua. Lewat adu penalti, tim ALSI memenangkan IA-ITB Cup dengan skor 4-2.
Laga final ini digelar 8 Juni 2024 di Lapangan C, Gelora Bung Karno, Senayan. Sejak 2023, Persatuan Sepak Bola Ikatan Alumni ITB (PS IA-ITB) menggelar turnamen IA ITB Cup. Tahun ini, pertandingan itu digelar mulai 4 Mei 2024. Laga juga digelar di Lapangan Rugby, Senayan.
PS IA-ITB merupakan wadah silaturahmi alumni yang senang bermain sepak bola. Terbentuknya komunitas ini tak lepas dari kegiatan Galados (Gabungan Latihan Alumni dan Dosen) yang diprakarsai almarhum Wimar Witoelar (EL ’63) sejak dekade 1980-an. Barulah pada 1990, Andre Rustam (GD ’70) dan kawan kawan mendirikan komunitas PS IA-ITB, untuk merangkul lebih banyak alumni di Jakarta.
Galados sendiri masih digelar secara rutin di Sasana Olah Raga ITB hingga kini. Sebagian besar anggota PS IA-ITB, seperti halnya Andre, dulunya merupakan anggota unit kegiatan mahasiswa (UKM) Persatuan Sepak bola ITB (PS ITB). Sebagian lainnya memang gemar bermain bola. “Alumni paling senior yang masih sering datang ada dari angkatan ’70 dan yang masih aktif bermain ada yang dari angkatan ’83,” kata Agus Mustopa (FI ’98) ketua PS IAITB.

Kegiatan rutin komunitas ini digelar setiap Sabtu pagi. Biasanya sekitar 40-60 orang alumni datang untuk bermain bola bersama Sepak bola rutin ini digelar lapangan ABC, Gelora Bung Karno, Senayan. Namun, kadang kala lokasi bergeser ke Lapangan Sutasoma di kompleks Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta, atau Lapangan Pancoran. Ini berlaku terutama kalau PS IA-ITB menggelar pertandingan persahabatan dengan alumni universitas lain atau tim amatir lainnya. Misalnya, tim alumni UNPAD, tim Kementerian Perhubungan, Maluku Old Star, dan Persija Old Star.
Di lapangan sepak bola, teriakan dari satu pemain ke pemain lain dan saling tekel di lapangan adalah hal biasa. Kadang kala, emosi pun sampai memuncak walau tak sampai adu jotos. Toh ribut-ribut ini tak pernah sampai ke luar lapangan hijau. “Tetap sportiflah,” kata Agus. Hasil pertandingan Liga Inggris, Liga Italia, Liga Indonesia atau fanatisme Bobotoh versus Jakmania juga menjadi bahan obrolan panjang di grup Whatsapp PS IA-ITB Perjuangan.
Anggota grup WA komunitas ini mencapai 343 orang. Pada pertandingan IA-ITB Cup lalu, total ada 24 tim alumni ITB yang berpartisipasi dalam babak penyisihan. Tim ini tidak hanya mengusung jurusan atau angkatan tertentu. Tak jarang tim yang kekurangan pemain, membajak pemain dari alumni jurusan lain. Kadang-kadang dengan iming-iming bebas biaya pendaftaran, mendapat jersey gratis hingga mendapat tiket gratis pulang pergi dengan pesawat untuk mengikuti pertandingan.
Yang terakhir ini dialami oleh Haekal (FT ’06). Ia dibajak oleh Ikatan Alumni Fisika (IAFI) untuk bertanding. IAFI rela membiayai perjalanan pulang pergi dengan pesawat untuk Haekal yang sehari-hari bekerja di Batam selama musim pertandingan berlangsung. “Waktu pertama ditawari bermain oleh IAFI, saya bermain dua pekan sekali, setiap pulang ke Jakarta. Setelah IAFI lolos ke fase grup, akhirnya diminta datang setiap pekan,” kata Haekal.

Sayangnya, dalam laga final memperebutkan juara ketiga melawan IAE (Ikatan Alumni Elektro), Haekal justru tak bisa hadir karena ia harus mengucap ijab kabul pernikahan. IAFI kalah, tertinggal dua skor di belakang IAE. “Kalau Haekal ikut bermain, mungkin beda ceritanya. Tapi mau ditawarin apapun, pasti enggak boleh sama calon istrinya,” kata Muhammad Alwi (FI ’01) berkelakar. Haekal bukan satu-satunya. Pada tahun lalu, IATAMET malah mendatangkan alumni-alumninya yang bekerja di pelosok Indonesia, termasuk di Pulau Kalimantan dan Papua, untuk bertanding di turnamen tersebut.
Salah satu pemainnya, Fajar Kurniawan (TA ’13) bahkan diberikan cuti kerja dan dibiayai tinggal di Jakarta selama lebih dari 6 minggu karena timnya lolos hingga semifinal. Beberapa tim alumni, termasuk IAFI malah menyewa pelatih profesional untuk mempersiapkan timnya mengikuti turnamen ini. Bahkan, beberapa alumni yang tinggal di Bandung rela menyewa bus untuk pulang pergi Bandung-Jakarta di hari yang sama hanya untuk bertanding dalam turnamen tersebut, “Mungkin melelahkan, tapi rasanya seru banget,” kata Alwi.
Lebih dari sepakbola itu sendiri, IA-ITB Cup juga turut mengkampanyekan penggunaan sport science dalam turnamen. Pada tahun ini, IA-ITB Cup bekerja sama dengan Lapangbola, penyedia statistik olahraga yang didirikan oleh Ali Bagus Antra Suantara (PL ’01). Statistik setiap pertandingan yang meliputi persentase penguasaan bola, total tembakan, jumlah hingga akurasi operan diukur dengan metode sport science.
Termasuk attacking radar masing-masing tim yang terdiri dari jumlah gol rata-rata di setiap pertandingan, jumlah tendangan ke gawang, akurasi passing hingga rasio konversi serangan, layaknya pertandingan profesional. Hal ini membuat para peserta yang mengikuti turnamen tahun ini lebih kompetitif. Hasil statistik ini juga menentukan Muhammad Alwi (FI ’01) dari IAFI sebagai Top Scorer dengan torehan 8 gol. Pemain Terbaik kategori Muda diberikan kepada Ersa Lutfi Fauzi (SI’ 06) dari ALSI dan kategori Madya (pemain di atas 40 tahun) diberikan kepada Agus Mustopa (FI’ 98) dari IAFI. Sementara Hilman Purakusuma (PL ’83), Hotasi Nababan (SI ’83), Novrizal Tahar (TL ’89), dan Ridwan Jamaludin (GA 82) menjadi donatur terbesar untuk penyelenggaraan IA-ITB Cup tahun ini.
Komunitas ini punya mimpi untuk menggelar kegiatan jalan-jalan sambil bermain bola bersama keluarga para anggotanya. Lima tahun lalu, mimpi ini sudah mulai dirintis. Rombongan tur komunitas ini sempat mengunjungi tiga negara di Eropa (Belanda, Belgia, dan Prancis) untuk bertanding sepak bola dengan tim amatir setempat. Salah satunya, Leiden FC Informasi kegiatan PS IA-ITB bisa didapatkan di halaman Instagram @psiaitb (Jakarta) dan @galadositb (Bandung). Para alumni yang ingin bergabung bisa menghubungi teman seangkatan yang sudah masuk grup WhatsApp PS IA-ITB.