Hadapi Krisis Tenaga Kerja, Jepang Berikan Fasilitas Rumah Hingga Subsidi Kuliah untuk Gen Z

Fachrizal Hutabarat

Sumber: Nikkei Asia

Jepang tengah dilanda krisis tenaga kerja. Pasalnya, menurut laporan Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang tahun 2024, jumlah kelahiran pada paruh pertama tahun 2024 hanya mencapai 350.074 bayi, menurun sebesar 5,7% atau 20.978 kelahiran dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Penurunan angka kelahiran ini menyoroti tantangan demografis yang dihadapi Jepang, termasuk populasi yang menua dan tingkat kelahiran yang terus menurun.

“Penurunan angka kelahiran di Jepang memasuki situasi kritis,” kata Menteri Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang, Katsunobu Kato, dikutip dari Reuters pada Kamis, 6 Februari 2025. 

Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi Jepang 2024, melansir dari situs internasional clickpetroleogas, penurunan angka kelahiran ini dibuktikan dengan populasi pekerja muda dan berbakat di rentang usia 20-24 tahun telah menurun sebesar 36% dalam 30 tahun terakhir.

Selain itu, menurut laporan yang sama, dengan terus menurunnya angka kelahiran tersebut, dampaknya akan sangat terasa dalam pemenuhan tenaga kerja di perusahaan-perusahaan Jepang. 

Itu artinya, menurut lembaga ‘think tank’ Recruit Works Institute, Jepang diperkirakan akan menghadapi kekurangan tenaga kerja hingga 11 juta orang pada tahun 2040 mendatang. 

Dengan populasi yang menua, angka kelahiran yang rendah, dan jumlah pekerja muda yang terampil tidak mencukupi. Akibatnya, perusahaan mulai mempertimbangkan merekrut mahasiswa bahkan sebelum mereka lulus sebagai alternatif solusi. 

Fakta tersebut diperkuat oleh laporan dari lembaga riset Shushoku Mirai Kenkyusho 2024,  faktanya, lebih dari 40% siswa di Jepang yang lulus pada bulan Maret tahun 2024 sudah menerima setidaknya satu tawaran pekerjaan sejak satu tahun sebelum mereka menyelesaikan sekolah. Angka ini merupakan persentase tertinggi bagi lulusan di Jepang sejak 2016.

Beragam fasilitas yang ditawarkan perusahaan: Mulai dari rumah gratis hingga subsidi  uang kuliah

Sumber: Nikkei Asia

Perusahaan-perusahaan Jepang kini mulai menawarkan perumahan bersubsidi, keuntungan pinjaman mahasiswa, dan berbagai insentif lainnya untuk menarik pekerja.

Sebagai contoh, salah satu perusahaan asuransi terbesar di Jepang, Nippon Life berinvestasi besar-besaran dalam asrama karyawan. Pada tahun 2023, perusahaan ini membangun gedung berkapasitas 200 kamar untuk pekerja laki-laki di kawasan hunian bergengsi dekat Tokyo Disneyland. 

Pekerja Nippon Life yang tinggal di sana hanya membayar kurang dari sepertiga dari harga sewa di area tersebut. Perusahaan ini juga menyediakan perumahan bersubsidi bagi pekerja perempuannya.

Selain itu, perusahaan perdagangan Itochu juga telah membangun fasilitas perumahan baru bagi pekerja laki-lakinya, yang berlokasi sekitar 30 menit perjalanan kereta dari kantor pusat mereka di Tokyo. 

Akomodasi ini menawarkan sarapan dan makan malam di hari kerja, serta berbagai fasilitas tambahan seperti bar, kafe, dan sauna. Itochu juga berencana membuka fasilitas serupa bagi pekerja perempuannya pada tahun 2025.

Perusahaan-perusahaan di Jepang kini juga menawarkan benefit lain seperti program penggantian pinjaman mahasiswa. Jumlah perusahaan yang menawarkan bantuan ini meningkat dua kali lipat antara November 2023 dan 2024. 

Menurut studi dari Japan Student Services Organization. Perusahaan seperti Tokyo Energy & Systems memberikan bantuan hingga ¥20.000 ($127) per bulan untuk membayar kembali pinjaman mahasiswa, dengan total maksimal sekitar ¥3,6 juta ($22.800). 

Mereka juga akan mulai menerapkan sistem kerja empat hari dalam seminggu bagi para pegawainya mulai April tahun ini. Para anak muda Gen Z sangatlah diberi kemudahan oleh pemerintah Jepang. Tren ini telah populer terlebih dahulu di Jerman dan Inggris.

Model yang diterapkan Jepang, di mana mereka menawarkan perumahan dan biaya kuliah gratis, dapat menjadi contoh bagi negara lain yang menghadapi tantangan serupa terkait rendahnya angka kelahiran dan kekurangan tenaga kerja. 

Topik:
Share:
Facebook
X
LinkedIn
Threads
WhatsApp
Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *